Minggu, 19 Maret 2017

Warna-Warni Bejalen



Candid.








Beberapa waktu yang lalu aku melihat postingan jembatan warna yang berlokasi di desa wisata Bejalen. Postingan tersebut diupload oleh @Imam Dwi di grup facebook Ambarawa.

Melihat photo-photo yang ada dalam postingan itu membuatku penasaran ingin mengunjungi langsung lokasi jembatan warna di desa Bejalen tersebut.

Desa Wisata Bejalen berada di ujung Tenggara Ambarawa. Posisinya yang terletak di sebelah Selatan jalan lingkar Ambarawa menjadikan Bejalen sangat mudah ditempuh dari berbagai  arah (Solo, Semarang, atau Jogja).

Mengambil posisi dari jalan lingkar Ambarawa, Bejalen memiliki dua akses gerbang utama, yaitu gerbang sebelah Barat (tanpa plang nama), dan gerbang sebelah Utara (memiliki plang nama desa). Kedua gerbang tersebut menghadap langsung ke jalan lingkar.

Gerbang masuk sebelah Barat tanpa plang nama.

Gerbang masuk sebelah Utara dengan plang nama desa.

Desa Bejalen menyuguhkan wisata alam nan memikat. Perpaduan pemandangan pegunungan, persawahan, dan Danau Rawa Pening yang sangat indah. Namun belakangan ini bukan cuma panorama alam saja yang membuat Bejalen semakin dikenal. Jembatan warna yang terletak di tengah desa menjadikan nama Bejalen semakin berkibar sebagai desa wisata.

Adalah sebuah jembatan sederhana yang  menaungi  sungai yang membelah desa. Semangat dan kreatifitas warga telah mengubah jembatan sederhana tersebut menjadi ikon desa yang memukau.  Partisipasi warga yang bermukim di sepanjang sungai juga sangat patut diacungi jempol. Mereka mengecat dinding-dinding rumah yang menghadap ke sungai dengan berbagai pola warna-warni, polkadot, horizontal, vertikal, waving.  Dengan warna-warni pelangi, didukung sarana jalan yang memadai, lokasi tersebut kini menjadi spot selfie favorit photographer pemula, amatir, bahkan profesional.

Warna-warni dengan pola heart dan polkadot. Terlihat remaja-remaja sedang selfie di area tersebut.

Rainbow polkadot.


Perahu tradisional, sayangnya kondisi air sedang sangat keruh.


Ada pelangi di Bejalen, sepasang remaja menikmati indahnya senja.


Warna-warni horizontal dan vertikal.


Pola waving.

 Di akhir pekan, remaja-remaja penikmat dan pemuja selfie ramai mengunjungi lokasi ini. Ya...mayoritas pengunjung spot ini memang remaja. Mereka datang dari berbagai daerah, dengan beragam model dandanan. Casual, feminin, sporty, gaul, modis, yah..aneka rupa aneka model deh... Tujuan utama mereka tidak lain dan tidak bukan...selfie.
Jembatan warna mendadak viral.....mungkin begitu kira-kira ungkapan yang cocok untuk kondisi saat ini. 

Sebagai sarana wisata  baru, tidak  dipungkiri masih terdapat kekurangan di sana sini yang  memerlukan perbaikan.
 
Mungkin sedikit saran dariku sebagai pengunjung kepada pihak desa.

Dalam perjalanan menuju lokasi, kita akan melintasi jalan desa dengan rumah-rumah warga di kiri kanannya. Terus terang, halaman-halaman rumah menuju lokasi belum tertata dengan rapi dan kebersihannya juga masih kurang. Alangkah baiknya apabila warga yang bermukim di sepanjang jalan ini mendapat pengarahan untuk turut serta memajukan wisata jembatan warna dengan cara menjaga kebersihan dan kerapian halaman rumah masing-masing. Walau hanya rumah sederhana bernuansa pedesaan tetapi dengan penataan halaman yang bersih dan rapi, hal ini  semakin memberi nilai tambah akan keberadaan jembatan warna. 

Jalan utama desa menuju lokasi.

Jadi otomatis seluruh warga benar-benar turut berpartisipasi dalam mengangkat nama jembatan warna. Warga yang bermukim di pinggir sungai mendukung program ini dengan mengecat dinding rumah berwarna-warni, sementara warga yang bermukim disepanjang jalan menuju lokasi menyuguhkan halaman-halaman yang tertata rapi.

Kemudian juga bagi pelaku ekonomi seperti pemilik warung, mungkin bisa memodifikasi warungnya dengan konsep outdoor, misalnya dengan menyediakan kursi-kursi plastik atau bangku-bangku kayu di halaman,   atau juga menggelar tikar untuk lesehan. Dan bagi pemilik warung yang bermodal besar mungkin bisa juga menyediakan sarana wifi, sehingga pengunjung semakin betah berlama-lama duduk di warung sambil menikmati eksotisme jembatan warna. 

Mungkin bisa menjadi sample.


Selain itu pihak pengelola juga bisa memberdayakan para produsen makanan lokal seperti petani salak, pembuat telur asin, pembuat wader goreng, jenang cikru, dengan menyediakan lapak-lapak khusus untuk mereka. Dan jangan lupa, di mana ada pesona wisata pasti di sana juga ada souvenir dan handicraft (bisa berupa kaos, gantungan kunci, mug, handicrafts berbahan dasar eceng gondok dan bambu).  Serta yang tak kalah menjanjikan adalah   bisnis guest house yang juga sangat memungkinkan untuk dikembangkan, mengingat Belajen memiliki kekayaan alam yang potensial untuk dijelajahi.
 
Semoga saja masih banyak lagi inovasi dan kreasi yang akan disuguhkan di lokasi ini, sehingga ke depannya jembatan warna tidak hanya melulu sebagai spot selfie belaka yang ketenarannya hanya berlangsung sesaat. Karena kalau hanya mengandalkan jembatan warna saja, banyak daerah lain di Indonesia yang memiliki spot jembatan warna dan rumah pelangi, sebagai contoh Jembatan warna Selat Palu di Sulawesi, Jembatan Warna di Kota Tangerang, Jembatan Warna di Banyuurip Purworejo, Rumah-rumah Pelangi nan menawan di pinggir kali Code Jogjakarta. Namun satu yang pasti, Bejalen dengan kreatifitas, semangat, dan kerjasama warganya memang sangat pantas diacungi jempol 👍👍👍👍

Memadukan jembatan warna dengan kearifan lokal adalah suatu keniscayaan yang cerdas. Sehingga akhirnya bukan hanya turis-turis remaja lokal pemburu spot selfie saja yang ramai mengunjungi Bejalen, melainkan wisatawan domestik dan luar negeri juga terpikat dengan pesona Bejalen nan penuh warna. Semoga...


Sore hari di Bejalen.


Selasa, 14 Maret 2017

Si Jadul Nan Memikat











Orang-orang menyebutnya Banana Cake, tapi aku lebih suka memberi label “Bolu Pisang”. Lebih ngIndonesia gitu lho...

Bolu pisang sebenarnya merupakan jenis bolu dengan resep jadul. Ya...bener resep jadul, yang bahan bakunya hanya terdiri dari tepung terigu, gula, telur, dan mentega. Namun sesuai dengan namanya, ada penambahan pisang pada adonan. Jadi tidak seperti bolu-bolu modern, yang bahan bakunya sulit didapat, mahal harganya, dan nama-nama bahannya juga susah diingat.

Untuk membuat bolu pisang, kita tidak perlu pergi ke TBK (Toko Bahan Kue), cukup ke warung sebelah rumah saja, yakin deh semua bahan pasti dijual disitu.

Namun jangan salah, walaupun bahan-bahannya sederhana, tapi tekstur, rasa, dan aroma bolu pisang ini cukup maknyuuusss lho. Teksturnya lembut, moist. Rasanya gurih dan tidak bikin eneg. Sementara aromanya bisa bikin tetangga sekampung mengernyitkan hidung sambil berjalan menuju dapur kita. Pokoknya oke punya deh.

Bolu pisang ini merupakan produk andalanku. Banyak konsumen yang suka dengan bolu sederhana ini. Karena selain rasanya yang memikat, harganya juga tidak menguras isi dompet, soalnya inikan bolu dengan bahan sederhana.

Kali ini aku ingin berbagi resep dengan temen-temen yang mungkin punya keinginan untuk  membuat bolu pisang sendiri. Tak lupa, nanti aku cantumkan juga step by step pembuatannya.

Oke....bisa kita mulai sekarang ya....


Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat bolu pisang, tepung terigu sebanyak 310g, gula 200g, telur 4 butir, minyak goreng 300ml, pisang ambon yang sudah matang banget 4 buah (yang besar-besar), sp 1 sdt, garam 1sdt.

Ini nih penampakan bahan baku untuk membuat bolu pisang. Di sini aku pake 7 pisang, karena kebetulan pisangnya kecil-kecil.



O...ya, sekedar informasi tambahan. Untuk membuat bolu pisang aku lebih suka menggunakan minyak goreng dari pada mentega yang dicairkan. Karena minyak goreng membuat tekstur bolu lebih moist (basah), tidak seret. Nah...karena menggunakan minyak goreng otomatis harus menambahkan garam. Perpaduan minyak goreng dan garam inilah yang memunculkan rasa gurih tapi tidak membuat eneg. Sementara untuk takaran gula, dari resep aslinya 240g aku kurangi menjadi 200g. Hal ini kulakukan untuk meminimalisir rasa manis yang berlebihan, mengingat ada 4 buah pisang ambon (yang tentu saja rasanya manis) yang nantinya akan kita masukkan dalam adonan.


Yuukk....mulai eksekusi.

Pertama, lumatkan pisang ambon dengan garpu, sisihkan.

Pisang ambon yang sudah dilumatkan.

 Kemudian telur, gula, sp, dan garam dimixer sampai kental. Ingat, cuma sampai kental bukan sampai mengembang dan kaku. Setelah itu masukkan pisang yang telah dilumat, mixer sebentar sampai teraduk rata. 


Telur, gula, garam, SP.

 

Mixer sampai mengental.

 

Tambahkan pisang.




Matikan mixer. Masukkan terigu sambil diayak, aduk dengan spatula sampai rata. Terakhir, tambahkan minyak goreng, aduk rata dengan menggunakan spatula. Okeee....sudah selesai...gampangkan.

Masukkan tepung sambil diayak.
 

Aduk dengan spatula sampai rata.



Masukkan minyak goreng.



Aduk rata dengan spatula.


Masukkan adonan yang sudah jadi ke dalam loyang tulban yang sudah diolesi mentega dan diberi taburan tepung. Panggang dengan api sedang selama lebih kurang 45 menit.


Masukkan dalam cetakan tulban. Bisa diberi potongan pisang sebagai garnish.


  Dan.......tik...tok...tik...tok.....tik....tok....jadi deh bolu pisangnya. 


Fresh from the oven. Masih di dalam loyang, masih panas.



Monggo yang pengen icip-icip bisa datang ke rumahku. Yang pengen tanya-tanya bisa komen di blogku. Yang pengen nyoba bikin bisa segera lari ke warung sebelah untuk beli bahan-bahannya.

Monggo diicipi...


Semoga bermanfaat ya teman-teman.