Sang Model |
Ada beberapa kota di Indonesia yang memiliki jembatan sebagai
ikon kotanya. Misalnya di Surabaya ada Jembatan Merah, di Palembang ada
Jembatan Ampera, di Painan Sumatera Barat ada Jembatan Akar.
Nah ... di Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Sumurup, ada Jembatan Biru yang beberapa tahun belakangan
ini namanya mulai berkibar.
Jembatan yang berada
di atas Danau Rawa Pening ini dibangun pada tahun 2013. Disebut Jembatan Biru karena memang jembatan
ini berwarna biru. Sejatinya Jembatan Biru merupakan gabungan tiga dermaga yang
masing-masing memiliki panjang 100m, 150m, dan 50m. Ketiga dermaga ini dihubungkan oleh dua
jembatan besi –yang juga berwarna biru- dengan arsitektur melengkung. Pada
awalnya Jembatan Biru merupakan talud/tembok beton biasa yang berfungsi untuk
mencegah menyebarnya enceng gondok ke Sungai Tuntang yang airnya mengalir ke
PLTA Jelog. Karena fungsi awalnya sebagai talud itulah kenapa jembatan ini berpangkal namun tak
berujung. Kondisi ini menjadikan Jembatan Biru semakin unik karena
keberadaannya yang menggantung.
Dermaga kedua, dikejauhan terlihat jembatan penghubung menuju dermaga ketiga |
Untuk masuk ke Jembatan Biru pengunjung tidak dikenai biaya sama sekali, cukup membayar retribusi parkir
sebesar Rp 2000 saja.
Dari atas Jembatan Biru pengunjung dimanja dengan pemandangan
yang begitu mengagumkan. Hamparan Danau Rawa Pening, dengan landscape jajaran
Gunung Merbabu, Telomoyo, Gajah dan Kendil, menjadikan spot ini bagaikan
lukisan alam yang nyata. Karamba-karamba di sekitar danau dan para nelayan yang
berperahu tradisional menambah eksotisme
Jembatan Biru.
Karena cuaca mendung, landscape jajaran gunung Merbabu, Telomoyo, Gajah, dan Kendil tertutup awan |
Karamba ikan |
Nelayan tradisional di tengah "hutan" eceng gondok |
Di sini pengunjung bisa berkeliling Rawa Pening menggunakan
perahu wisata. Tarif perahu wisata bervariasi, tergantung jarak tempuhnya.
Dengan tarif Rp 30.000 pengunjung dapat berkeliling hingga ke tengah danau.
Sedangkan tarif Rp 75.000 mengunjung bisa bertualang hingga ke kawasan Kampung
Rawa, yang terkenal dengan restoran apungnya. Tarif tertinggi sebesar Rp
150.000 menyajikan petualangan yang lebih seru karena pengunjung akan dibawa
berkelana hingga ke Bukit Cinta -kampung halaman legenda Baru Klinthing- di
Kecamatan Banyubiru.
Perahu wisata dengan latar belakang warung apung |
Selain berperahu, pengunjung bisa menikmati hidangan sederhana berupa mie
rebus, snack tradisional dan aneka minuman hangat di warung-warung apung yang
ada di sekitar Jembatan Biru. Salah satu warung apung tersebut juga menyediakan
“studio alam” untuk spot selfie. Dengan membayar Rp 2000/orang pengunjung bisa berselfie
di studio alam yang terbuat dari rakit bambu tersebut. Dilengkapi dengan
properti berbentuk heart yang dihiasi pernak-pernik bunga-aneka warna, serta
latar belakang danau yang indah, spot selfie ini menjadi favorit para remaja.
Tak jarang mereka rela mengantri di atas rakit yang berderak-derik, untuk bisa
mendapat giliran duduk berdua di bangku kayu dengan kekasih hati, dan kemudian
mengabadikan moment romantis tersebut dengan bantuan tongsis.
Ber-swafoto bareng mas bojo |
Bagi pengunjung yang hobi memancing, Jembatan Biru merupakan
tempat yang tepat untuk menyalurkan hobi. Tapi kamu harus membawa sendiri
perlengkapan memancing dari rumah, karena di sana tidak ada persewaan alat
pancing.
Terlepas dari pesona alamnya yang cukup potensial, wisata
Jembatan Biru masih minus sarana umum seperti toilet dan tempat ibadah. Begitu
juga kebersihan di area menuju lokasi yang belum terpelihara dengan baik.
Semoga saja pihak desa terus berbenah diri untuk menjadikan Jembatan Biru lebih
berkembang lagi mengingat potensinya yang cukup menjanjikan.
Nah ... buat kamu yang tertarik untuk berkunjung ke Jembatan
Biru akses menuju ke sana sangat mudah
lho. Bagi para pengunjung dari arah Solo dan Salatiga, persis setelah jembatan Kali Tuntang, di sisi
kiri jalan ada gerbang masuk ke Desa
Sumurup. Masuk melalui gerbang tersebut, menyusuri jalan sekitar 300m, di kiri
jalan akan terlihat Plang yang bertuliskan “Jembatan Biru Rawa Pening Sumurup”.
Gerbang Desa di sebelah jembatan Tuntang |
Plang penunjuk jalan |
Bila dari arah Yogya, di pertigaan Bawen ambil kanan arah
Salatiga. Begitu juga yang dari Semarang, setelah keluar dari pintu Tol Bawen
ambil kiri arah Salatiga. Gerbang Desa Sumurup berada di kanan jalan persis
sebelum Jembatan Tuntang.
Oke ... selamat menyusun rencana untuk berkunjung ke Jembatan
Biru ya.
Bang Dahlan membeli arang
Arang dibawa dengan perahu
Kalau jalan-jalan ke Semarang
Singgahlah ke Jembatan Biru
Kok aku rung tahu rene juga yo Mbak Han.. betapa kurang pikniknya aku. BAgus ya pemandangannya
BalasHapusHehehehehe...ayo piknik rame-rame mbak...
BalasHapus