Rabu, 08 Maret 2017

Sepenggal Kenangan di Masa Lalu





“Aku capek. Kita istirahat dulu yuk” Ina berkata dengan raut wajah yang menggambarkan kelelahan yang teramat sangat.

“Bentar lagi juga nyampek. Ayo donk semangat.” Kris mencoba membujuk Ina.

“Duduk bentar yuk. Di situ, di warung itu.” Ina kembali memohon.

Tak berdaya dengan tatapan memelas sahabatnya, Kris menggapai tangan Ina, menggandengnya. Beriringan mereka berjalan menuju warung bakso tenda yang berada di trotoar.

Ntah sudah berapa jauh mereka berjalan. Jauuuuhhh sekali. Bahkan Ina dan Kris tidak mengerti dari mana asal kepergian mereka, dan kemana tujuan mereka. Tetiba saja mereka ada dalam perjalanan ini, melangkahkan kaki dalam arah yang tak menentu, dalam alur cerita yang tak jelas, dalam tujuan yang samar. Berdua saling bergandengan tangan. Merasakan getar-getar bahagia dalam detak jantung masing-masing. Detak jantung seorang sahabat kepada sahabat. Detak jantung seorang sahabat yang memendam kasih kepada sahabat tercinta.

“Aku besok pulang Na.”

“Kenapa harus besok? Aku belum ingin kamu tinggal.”

“Minggu depan aku kembali lagi.”

“Tapi aku masih ingin bareng kamu terus.”

Dan tiba-tiba, latar belakang warung bakso di trotoar jalan berubah menjadi hutan pinus nan syahdu, sejuk, dan hening.

Kris menggandeng tangan Ina. Berdua mereka berjalan diantara pohon-pohon pinus. Getar-getar bahagia dan menggelora masih bersemayam dalam tiap detak jantung keduanya.

“Aku besok pulang Na.” Kalimat di warung bakso itu kembali bergulir di hutan pinus.

“Aku belum ingin kamu tinggal.”

“Minggu depan aku kembali.” Ujar Kris sembari menyentuh bibir Ina  dengan kedua bibirnya. 

Lembut, penuh kasih, tanpa nafsu. Ina menikmati dengan seksama moment kebersamaan ini. Walau hanya sekilas namun sentuhan lembut di bibir manisnya,  membekas dalam jauh di lubuk hati.

Lamat-lamat terdengar suara azan Subuh.

Ina menggeliat...
Hutan pinus, Kris, kecupan lembut di bibir....hilang. 
Sesaat dirinya terpekur. Mencoba mengingat apa yang terjadi.
 Ya...kecupan lembut Kris hanya ada dalam mimpi. Perjalanan panjang tanpa arah dan tujuan itu juga cuma ada dalam mimpi. Gandeng tangan erat mereka selama perjalanan juga cuma ada dalam mimpi. Cerita tanpa alur yang jelas, tanpa konflik, dan tanpa tokoh-tokoh berkarakter ini juga cuma mimpi.

Namun mengapa getar-getar bahagia masih terasa membekas bahkan ketika mimpi telah usai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar