Candid. |
Beberapa waktu yang lalu aku melihat postingan jembatan warna
yang berlokasi di desa wisata Bejalen. Postingan tersebut diupload oleh @Imam Dwi di
grup facebook Ambarawa.
Melihat photo-photo yang ada dalam postingan itu membuatku penasaran ingin mengunjungi langsung lokasi jembatan warna di desa Bejalen tersebut.
Desa Wisata Bejalen berada di ujung Tenggara Ambarawa. Posisinya yang terletak di sebelah Selatan jalan lingkar Ambarawa menjadikan Bejalen sangat mudah ditempuh dari berbagai arah (Solo, Semarang, atau Jogja).
Mengambil posisi dari jalan lingkar Ambarawa, Bejalen memiliki dua akses gerbang utama, yaitu gerbang sebelah Barat (tanpa plang nama), dan gerbang sebelah Utara (memiliki plang nama desa). Kedua gerbang tersebut menghadap langsung ke jalan lingkar.
Gerbang masuk sebelah Barat tanpa plang nama. |
Gerbang masuk sebelah Utara dengan plang nama desa. |
Desa Bejalen menyuguhkan wisata alam nan memikat. Perpaduan
pemandangan pegunungan, persawahan, dan Danau Rawa Pening yang sangat indah.
Namun belakangan ini bukan cuma panorama alam saja yang membuat Bejalen semakin
dikenal. Jembatan warna yang terletak di tengah desa menjadikan nama Bejalen
semakin berkibar sebagai desa wisata.
Adalah sebuah jembatan sederhana yang menaungi sungai yang membelah desa. Semangat dan kreatifitas warga telah mengubah jembatan sederhana tersebut menjadi ikon desa yang memukau. Partisipasi warga yang bermukim di sepanjang sungai juga sangat patut diacungi jempol. Mereka mengecat dinding-dinding rumah yang menghadap ke sungai dengan berbagai pola warna-warni, polkadot, horizontal, vertikal, waving. Dengan warna-warni pelangi, didukung sarana jalan yang memadai, lokasi tersebut kini menjadi spot selfie favorit photographer pemula, amatir, bahkan profesional.
Warna-warni dengan pola heart dan polkadot. Terlihat remaja-remaja sedang selfie di area tersebut. |
Rainbow polkadot. |
Perahu tradisional, sayangnya kondisi air sedang sangat keruh. |
Ada pelangi di Bejalen, sepasang remaja menikmati indahnya senja. |
Warna-warni horizontal dan vertikal. |
Pola waving. |
Di akhir pekan,
remaja-remaja penikmat dan pemuja selfie ramai mengunjungi lokasi ini. Ya...mayoritas
pengunjung spot ini memang remaja. Mereka datang dari berbagai daerah, dengan
beragam model dandanan. Casual, feminin, sporty, gaul, modis, yah..aneka rupa
aneka model deh... Tujuan utama mereka tidak lain dan tidak bukan...selfie.
Jembatan warna mendadak viral.....mungkin begitu kira-kira
ungkapan yang cocok untuk kondisi saat ini.
Sebagai sarana wisata
baru, tidak dipungkiri masih
terdapat kekurangan di sana sini yang memerlukan perbaikan.
Mungkin sedikit saran dariku sebagai pengunjung kepada pihak
desa.
Dalam perjalanan menuju lokasi, kita akan melintasi jalan desa dengan rumah-rumah warga di kiri kanannya. Terus terang, halaman-halaman rumah menuju lokasi belum tertata dengan rapi dan kebersihannya juga masih kurang. Alangkah baiknya apabila warga yang bermukim di sepanjang jalan ini mendapat pengarahan untuk turut serta memajukan wisata jembatan warna dengan cara menjaga kebersihan dan kerapian halaman rumah masing-masing. Walau hanya rumah sederhana bernuansa pedesaan tetapi dengan penataan halaman yang bersih dan rapi, hal ini semakin memberi nilai tambah akan keberadaan jembatan warna.
Jalan utama desa menuju lokasi. |
Jadi otomatis seluruh warga benar-benar turut berpartisipasi
dalam mengangkat nama jembatan warna. Warga yang bermukim di pinggir sungai
mendukung program ini dengan mengecat dinding rumah berwarna-warni, sementara
warga yang bermukim disepanjang jalan menuju lokasi menyuguhkan halaman-halaman
yang tertata rapi.
Kemudian juga bagi pelaku ekonomi seperti pemilik warung,
mungkin bisa memodifikasi warungnya dengan konsep outdoor, misalnya dengan
menyediakan kursi-kursi plastik atau bangku-bangku kayu di halaman, atau
juga menggelar tikar untuk lesehan. Dan bagi pemilik warung yang bermodal besar
mungkin bisa juga menyediakan sarana wifi, sehingga pengunjung semakin betah
berlama-lama duduk di warung sambil menikmati eksotisme jembatan warna.
Mungkin bisa menjadi sample. |
Selain itu pihak pengelola juga bisa memberdayakan para
produsen makanan lokal seperti petani salak, pembuat telur asin, pembuat wader
goreng, jenang cikru, dengan menyediakan lapak-lapak khusus untuk mereka. Dan jangan lupa, di
mana ada pesona wisata pasti di sana juga ada souvenir dan handicraft (bisa
berupa kaos, gantungan kunci, mug, handicrafts berbahan dasar eceng gondok dan
bambu). Serta yang tak kalah menjanjikan
adalah bisnis guest house yang juga sangat memungkinkan
untuk dikembangkan, mengingat Belajen memiliki kekayaan alam yang potensial
untuk dijelajahi.
Semoga saja masih banyak lagi inovasi dan kreasi yang akan
disuguhkan di lokasi ini, sehingga ke depannya jembatan warna tidak hanya melulu
sebagai spot selfie belaka yang ketenarannya hanya berlangsung sesaat. Karena
kalau hanya mengandalkan jembatan warna saja, banyak daerah lain di Indonesia
yang memiliki spot jembatan warna dan rumah pelangi, sebagai contoh Jembatan
warna Selat Palu di Sulawesi, Jembatan Warna di Kota Tangerang, Jembatan Warna
di Banyuurip Purworejo, Rumah-rumah Pelangi nan menawan di pinggir kali Code
Jogjakarta. Namun satu yang pasti, Bejalen dengan kreatifitas, semangat, dan kerjasama warganya memang sangat pantas diacungi jempol 👍👍👍👍
Memadukan jembatan warna dengan kearifan lokal adalah suatu keniscayaan yang cerdas. Sehingga akhirnya bukan hanya turis-turis remaja lokal pemburu spot selfie saja yang ramai mengunjungi Bejalen, melainkan wisatawan domestik dan luar negeri juga terpikat dengan pesona Bejalen nan penuh warna. Semoga...
Sore hari di Bejalen. |