“Aku capek. Kita istirahat dulu yuk” Ina berkata dengan raut
wajah yang menggambarkan kelelahan yang teramat sangat.
“Bentar lagi juga nyampek. Ayo donk semangat.” Kris mencoba
membujuk Ina.
“Duduk bentar yuk. Di situ, di warung itu.” Ina kembali
memohon.
Tak berdaya dengan tatapan memelas sahabatnya, Kris menggapai
tangan Ina, menggandengnya. Beriringan mereka berjalan menuju warung bakso
tenda yang berada di trotoar.
Ntah sudah berapa jauh mereka berjalan. Jauuuuhhh sekali.
Bahkan Ina dan Kris tidak mengerti dari mana asal kepergian mereka, dan kemana
tujuan mereka. Tetiba saja mereka ada dalam perjalanan ini, melangkahkan kaki
dalam arah yang tak menentu, dalam alur cerita yang tak jelas, dalam tujuan
yang samar. Berdua saling bergandengan tangan. Merasakan getar-getar bahagia
dalam detak jantung masing-masing. Detak jantung seorang sahabat kepada
sahabat. Detak jantung seorang sahabat yang memendam kasih kepada sahabat
tercinta.
“Aku besok pulang Na.”
“Kenapa harus besok? Aku belum ingin kamu tinggal.”
“Minggu depan aku kembali lagi.”
“Tapi aku masih ingin bareng kamu terus.”
Dan tiba-tiba, latar belakang warung bakso di trotoar jalan
berubah menjadi hutan pinus nan syahdu, sejuk, dan hening.
Kris menggandeng tangan Ina. Berdua mereka berjalan diantara
pohon-pohon pinus. Getar-getar bahagia dan menggelora masih bersemayam dalam
tiap detak jantung keduanya.
“Aku besok pulang Na.” Kalimat di warung bakso itu kembali
bergulir di hutan pinus.
“Aku belum ingin kamu tinggal.”
“Minggu depan aku kembali.” Ujar Kris sembari menyentuh bibir
Ina dengan kedua bibirnya.
Lembut, penuh
kasih, tanpa nafsu. Ina menikmati dengan seksama moment kebersamaan ini. Walau
hanya sekilas namun sentuhan lembut di bibir manisnya, membekas
dalam jauh di lubuk hati.
Lamat-lamat terdengar suara azan Subuh.
Ina menggeliat...
Hutan
pinus, Kris, kecupan lembut di bibir....hilang.
Sesaat dirinya terpekur.
Mencoba mengingat apa yang terjadi.
Ya...kecupan lembut Kris hanya ada dalam
mimpi. Perjalanan panjang tanpa arah dan tujuan itu juga cuma ada dalam mimpi.
Gandeng tangan erat mereka selama perjalanan juga cuma ada dalam mimpi. Cerita
tanpa alur yang jelas, tanpa konflik, dan tanpa tokoh-tokoh berkarakter ini
juga cuma mimpi.
Namun mengapa getar-getar bahagia masih terasa membekas
bahkan ketika mimpi telah usai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar