Jumat, 03 Maret 2017

Kuliner Medan memang oke bah : Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphonemu








Pertengahan November 2016 kemarin aku pulang ke kampung halaman tercinta – Medan – Kepulanganku ini berkaitan dengan urusan pekerjaan, dan tentunya sekalian mengunjungi ibu. 

Menurut jadwal, pekerjaan tersebut memakan waktu sekitar 2 bulan. Namun apa daya, setelah  4 hari berada di Medan, kondisi kesehatan ibuku nge-drop. Dan akhirnya pada tanggal 23 November, Sang Khalik Allah SWT menjemput ibunda tercinta kembali keharibaanNya.
Karena sedang dalam kondisi berduka, otomatis urusan kerjaan juga ditunda sampai awal Desember. Jadwal yang tadinya 2 bulan,  mundur menjadi 2,5 bulan.

Terpisah jauh dari anak-anak dan suami, kemudian masih dibalut kesedihan karena ditinggal ibu, terkadang membuat diriku merasa sepi dan dilanda rindu yang berkepanjangan. Namun situasi tidak memungkinkanku berlarut-larut dalam kesedihan, karena bisa berpengaruh buruk pada kinerja.

Okelah...🎢🎷🎢🎸🎡buat apa susah.🎡🎢..buat apa susah.🎡🎢..lebih baik kita bergembira...🎷🎢🎹🎡🎸🎻  demikian cuplikan lagu dari grup band terkenal tempo dulu “Koes Plus”.

Yuk...kita bergembira lagi.                                                       
 Karena Medan itu memang kampung halamanku, maka ada dua hal yang selalu aku rindukan dari kota Medan, ibu dan kuliner.

Bicara tentang kuliner, Medan gak ada matinya bo’...Kota dengan penduduk yang beraneka ragam tersebut (Melayu, China, India, Tamil, Batak, Nias, Jawa, dll) memiliki kuliner yang cukup bervariasi dan menggugah selera.

Untuk mengusir kejenuhan dan kesepian, ketika libur kerja aku sering mengajak keponakanku keliling berwisata kuliner. Menikmati hidangan-hidangan yang cuma ada di Medan. Sengaja aku ajak keponakanku, selain sebagai teman jalan, juga sebagai photografer. dengan senjata andalannya ASUS ZENFONE.

Jeprat-jepret dengan ASUS ZENFONE itu memberi kepuasan tersendiri lho, karena smartphone ini dibekali dengan kemampuan fotografi yang sangat oke dengan  aplikasi PixelMasterCamera-nya.

Lihat aja nih sajian soto Medan yang begitu menggugah selera hasil jepretan ASUS ZENFONE. 
Soto Medan merupakan salah satu favoritku. Memang sih hampir seluruh daerah di Nusantara memiliki kuliner berupa soto. Tapi soto Medan...bagiku tetap yang terbaik. Soto berkuah santan ini berisi suwiran daging ayam, tauge, bihun, kemudian diberi perkedel, dan jangan lupa taburan bawang goreng, irisan daun bawang dan emping goreng. O...ya..untuk menambah sensasi rasa, tambahkan cabe ulek, potongan tomat dan perasaan jeruk...hhhmmmm...yummi. Terus terang, aku cuma bisa menikmati soto ini kalau pas pulang ke Medan aja. Soalnya kalau aku membuat kuliner ini di rumahku di Jawa, anak bojo gak ada yang suka...nuansa santannya begitu kental. Hehehe...tapi bagiku kekentalan kuah soto Medan itulah yang selalu ngangeni.


Potongan tomat, jeruk, dan irisan daun bawang.

Perkedel kentang.

Emping.

Kuah soto dengan suwiran ayam dan taoge.

Soto Medan dan kelengkapannya.



Hhmm...yummi.


Selain soto, lontong sayur Medan juga gak kalah hebohnya. Selama di Medan, lontong sayur Medan menjadi sarapan wajib setiap pagi. Perpaduan rasa lontong yang disiram dengan sayur berkuah (bisa gulai nangka, sayur kuning buncis dan labu siam), kemudian ditambah tauco udang, sambal teri, bihun, dan terakhir diberi remasan kerupuk merah. Amboiiii....nikmatnya terkenang-kenang selalu.


Lontong Sayur Medan. Orang Medan sendiri menyebut kuliner ini "Lonsay".






Lontong sayur Medan ini lebih nikmat kalau disantap berbarengan dengan sate kerang Medan. Sebenarnya di Jawa juga ada sate kerang, tapi bumbunya beda dengan sate kerang Medan. Kalau di Medan, selain bumbu-bumbu berupa cabe, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, ada tambahan kelapa giling yang membuat sate kerang Medan memiliki rasa yang khas. Nah..kalau untuk kuliner yang satu ini, mas bojoku demen banget. Dia bisa ngabisin 10 tusuk dalam satu penyajian. “Enak banget.” Begitu komentarnya ketika pertama kali mencicipi sajian ini bertahun-tahun yang lalu. Sejak itu, kalau pulang ke Medan, inilah kuliner yang selalu dicari-carinya.

Sate kerang Medan. Bumbunya begitu menggugah selera.




Ketika aku masih kanak-kanak sampai menjelang remaja, di Medan belum ada bakso. Tapi ada kuliner yang menyerupainya, namanya Mi Sop. Dalam hal penyajian, mi sop hampir sama dengan bakso – yang minus bakso-. Kuah panas nan bening, berisi mi (bisa menggunakan bihun, mi kuning, atau kwetiau), kemudian diberi suwiran daging ayam, taburan bawang goreng, daun seledri, dan kerupuk merah (kerupuk merah merupakan ciri khas mi sop). Nah...sekitar awal tahun 80-an, bakso mulai merambah kota Medan, seiring dengan itu popularitas mi sop-pun meredup bahkan hampir hilang tergilas jaman. Tapi beberapa tahun belakangan, mi sop kembali menjadi primadona di kota Medan, cuma sekarang ada yang beda. Kalo dulu kuliner ini hanya berjudul “Mi Sop”, sekarang dia berganti nama menjadi “Mi Sop Kampung”. Ya....kerupuk merahnya itu menjadi salah satu pertanda kalo ini memang makanan kampung, makanan jadul.


Mie sop kampung dengan remasan kerupuk merahnya yang melegenda.





Ntah kenapa orang selalu mengidentikkan Medan dengan Batak. Padahal sejatinya penduduk asli kota Medan adalah Melayu. Hal ini terbukti jelas dengan keberadaan Istana Maimoon sebagai pusat pemerintahan kesultanan Deli di jaman dahulu. 
Bicara tentang suku Melayu, ada satu kuliner khas Melayu yang sayang banget kalau dilewatkan-roti jala- Sebenarnya kuliner ini merupakan paduan dari kuliner India. Roti jala sendiri terbuat dari adonan tepung terigu yang didadar secara acak dan bolong-bolong. Kemudian dadar acak dan bolong-bolong tersebut dilipat, disajikan dengan menyiram kuah kare dan irisan acar timun nenas di atasnya.

Roti jala lengkap dengan kare kambing dan acar timun nenas.




Nah.....itu tadi sajian khas Melayu. Kalau sajian khas Bataknya mana???
Jangan khawatir, ini dia kita tampilkan daun ubi tumbuk. Daun ubi tumbuk sebenarnya sama dengan gulai daun ubi. Bedanya kalau gulai daun ubi, daun ubinya utuh, sementara kalau daun ubi tumbuk, daun ubinya ya ditumbuk.....iya...dilumatkan sampe halus. Kemudian dimasak dengan santan kental dan bumbu-bumbu cabe merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, daun salam, serai, buah kecombrang, dan buah cipokak.
Penampakannya seperti ini nih.

Selain Arsik ikan mas, daun ubi tumbuk merupakan salah satu kuliner suku Batak yang sangat merakyat.



Sayur daun ubi tumbuk ini akan lebih oke kalau dinikmati dengan sambal teri Medan....hhmmm.

Sambal tempe plus teri nasi (teri Medan).



Ternyata 2,5 bulan menetap di Medan, belum  memenuhi hasrat kulinerku secara utuh. Ketika tanggal 2 Februari kemarin aku harus kembali pulang ke Jawa, tak lupa kubawa serta kwetiauw basah mentah sebanyak 5kg. Hah....ngapain juga repot-repot bawa kwetiauw mentah, bukannya di Jawa juga ada? Iya...bener, di Jawa juga ada kwetiau, tapi beda dengan kwetiau Medan. Ini nih penampakan kwetiau mentahnya.

Kwetiau basah mentah.




Dan ini, hasil masakannya. Kumasak secara minimalis hanya dengan udang kecil-kecil, tanpa cumi, dan assesoris lainnya.

Ni hasil matengnya, minus assesoris sayuran dan kerupuk.



Hhhmmmm....akhirnya, ku tak mampu berkata-kata lagi. Karena kuliner-kuliner Medan memang selalu membuat liur melambai, nafsu makan membengkak, dan yang paling pasti, diet terabaikan.

Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh  Gandjel Rel





8 komentar:

  1. Waduuhh bnyak yg aku.blm tahu dan blm.prnh nyoba.hiks. ngileerr dgn sukses ni mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekali nyoba pasti ketagihan mbak...hehehe

      Hapus
  2. Lontong sayur Meda, ah pasti enak sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang pasti rasanya maknyuusss pak, bikin ketagihan. makasih dah mampir pak.

      Hapus
  3. Aku mau perkedel kentangnya. Dari kemarin pingin Mbak Han, belum kesampaian :)

    BalasHapus
  4. lha kalo perkedel kentang kan bikinnya simpel wae mbak Wahyu...hehehe

    BalasHapus
  5. Makanan Medan banyak banget dan enak enak sepertinya. ku ngiler dengan soto ayamnya yang terlihat lezat :) yummy!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mas, makanya kalo mudik ke Medan berat badan jadi membengkak...hehehe...semuanya enak2

      Hapus