Ibuku bingung. Dia sudah kenal
Arli dan keluarganya dengan sangat baik. Sementara Bimo ? Dia belum kenal siapa
Bimo, belum pernah bertatap muka walau sekalipun, belum mengenal keluarganya sama sekali.
Jangankan ayah dan ibu, wong aku
sendiri aja belum pernah ketemu sama yang namanya Bimo. Lho...ini gimana sih?💕💕💕💕
Hhmm....mungkin ini yang disebut
“The power of love”. Cie....cie... Walau belum pernah ketemu, tapi ada
keyakinan yang begitu besar bersemayam dalam hatiku kalau si beliau itu serius.
Makanya aku memberanikan diri bicara sama ayah ibu kalau orang tuanya Bimo
punya niat untuk berkunjung ke Medan demi melamar diriku.💚💛💜
Ada keraguan besar dalam diri
ibu. Upss....sedikit penjelasan, kenapa selalu ibu yang kusebut. Ayahku pada
saat itu sudah memasuki usia sepuh. Dengan kondisi ini, jadilah ibu pengganti ayah sebagai pengambil keputusan.
Ibu bingung. Menolak kedatangan keluarga Bimo berarti membuatku patah hati.
Menerima kedatangan mereka, ibarat membeli kucing dalam karung...buta.
😇😇😇 😍😍😍😍
Singkat cerita akhirnya ibu
mengambil keputusan bijaksana, keluarga kami menerima kehadiran keluarga Bimo.🙏🙏🙏🙏
Eitttss...... cerita belum berakhir lho. Dalam “rembug tuwo” itu, intinya
keluargaku menerima maksud baik dari keluarga mantan terindahku, Cuma belum
bisa memberikan jawaban atas lamaran tersebut. (Lho...iki piye tho??) Karena aku
dan Bimo belum pernah bertatap muka, jadi ibu minta ada baiknya aku dan Bimo
bertemu dulu (pada saat lamaran tersebut hanya bapak ibunya yang datang).
Ibu, memang hanya seorang wanita biasa produk
jaman dulu. Tapi pola pikirnya maju dan demokratis. Bagi ibu hanya ada 3 syarat
untuk menjadi menantunya, seiman, sholat, dan tanggung jawab. Ibu tidak pernah
memikirkan masalah pekerjaan (karena rejeki sudah diatur Allah asal kita
berusaha), tidak juga menghiraukan perbedaan suku, status sosial, atau jenjang
pendidikan. Namun dari kasusku, persyaratan beliau bertambah satu yaitu aku dan
Bimo harus kopdar dulu. Hehehe...kayak agenda komunitasku –PENARAWA- pake
kopdar segala.😃😃😃
So, bapak dan ibu camer akhirnya
kembali ke Jawa dengan jawaban yang masih mengambang. Sementara sang Arjuna di
seberang lautan tak mau mengalah begitu saja. Berbekal cuti yang hanya 4 hari,
terbanglah beliau menuju Medan demi memenuhi prasyarat yang diajukan calon ibu mertua.💞💞💪💏💑
Setelah syarat terpenuhi,
restupun didapat. Kami menjalani LDR selama 10 bulan. Selama LDR inilah
lembar-lembar kertas kembali berbicara. Kalau sebelum ini surat-surat kami
bercerita tentang indahnya persahabatan, sekarang perbincangan kami mengalami
perubahan thema. Rindu, cinta, romantisme, dan kosa kata serta kalimat lebay
khas orang pacaran bertaburan dalam surat-surat kami.💓💜💑💗💙💚💟 Berkirim kabar melalui
rekaman suara di kaset masih tetap kulakukan. Malam minggu disaat orang-orang
wakuncar, aku cukup diapelin melalui interlokal. Begitupun rasanya udah
suueeeneng banget. Hehehe....harap maklum, namanya juga lagi kasmaran.
Hingga akhirnya di 08 Februari
1998 kami bertemu untuk kedua kalinya, dalam prosesi ijab kabul. Dan 08 Februari
2017 kemarin tak terasa kalau kami sudah bersama selama 19 tahun. Hubungan yang
diawali dengan keisengan, diikuti dengan kenekadan, dan diakhiri dengan nyali
besar, tanggung jawab, serta niat baik, inhsaa Allah mendapat ridho dan berkah
dari sang Khalik.💑💜❤👫👪💚💘👪
Sebagian surat-surat jaman baheula. |
Mug, souvenir the 19th wedding anniversary. |
Masih tersimpan rapi semua. Semoga langgeng terus ya Mbak :)
BalasHapushehehe...iya mbak, untuk kenang-kenangan ke anak cucu. Makasih dah mampir ya mbak.
BalasHapus